Oleh: sangprofesor | September 13, 2008

Surat terbuka untukmu….

Surat Terbuka: Sepotong Cinta Untukmu Mahasiswa Baru

 

Dalam sebuah sajaknya, penyair Mohammad Iqbal mengisahkan bahwa ia pergi ke tepi pantai dan bertanya kepada ombak, “apa yang telah menimpamu sehingga kau sangat resah. Didadamu terdapat mutiara terpendam. Tapi ceritakan, apakah kau punya mutiara cinta yang telah membuatku resah?”

 

 

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh…

 

Semoga keselamatan, rahmat dan barokah dari Allah selalu dilimpahkan kepadamu wahai pemuda terpilih.

 

Tahukah kawan, kami selalu berharap-cemas tahun demi tahun. Seperti apakah nantinya wajah-wajah baru pengisi kawah candaradimuka universitas ini. Angkatan demi angkatan, selalu sesak dada kami, resah ibarat petak-petak sawah yang sepenuh doa kami berharap agar Allah memberikan hujan barang beberapa tetes kepada tanah tempat menumbuhkan padi. Sungguh, kami tidak rela bila tanah universitas ini akan kering dari hamba Allah, abdullah, yang diberikan oleh Sang Pemberi Hidayah. Kami sangat menginginkan agar selalu ada pemuda-pemudi yang hatinya penuh cinta kepada-Nya..

 

Ah, tapi kami selalu bersyukur, selalu saja ada orang-orang baik yang melalui jalan ini. kami yakin bahwa putra-putri Indonesia ini selalu mendambakan kasih sayang dari Tuhannya. Seperti kami juga yakin bahwa pemuda-pemudi tanah air ini merindukan sepenuhnya nikmat beriman dan beribadah sang penggenggam jiwa. Seperti yakinnya kami bahwa Allah akan memberikan rizki kepada setiap makhlukNya. Ibarat burung yang berangkat pagi dalam keadaan kosong perutnya, hingga petang hari tercukupi kebutuhannya.

 

Saudaraku, brother, sister, akhi, ukhti tahukah engkau bahwa kami sangat mencintaimu? Benar, kami mencintaimu. Tidakkah engkau mendengar sabda nabi kita tercinta, ”Tidak sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai orang lain seperti ia mencintai dirinya sendiri.” Bagaimana kami tak mencintaimu, jika rasulullah sang tauladan saja selalu memikirkanmu, ”ummati…ummati…” rintih beliau.

 

Sepenuh cinta kami bukan hanya untuk memenuhi kewajiban dari selembar surat keputusan. Walau terkadang cinta memang perlu memaksakan, agar engkau tahu sebesar apa makna dibalik cinta itu.

 

Tapi saudaraku…rekamlah ini dalam fikiranmu, hatimu, nuranimu; bahwa kami ingin agar engkau menjadi kekasih Allah. Kita bisa menjadi ilmuwan, profesor, guru, dokter, perawat, politikus, ulama, presiden, entrepreneur, pengawas perkebunan, petani, programmer, teknisi, arsitek,  penerjemah, diplomat,… tapi saudaraku…, rekamlah ini dalam fikiranmu, hatimu, nuranimu; bahwa kami juga ingin agar engkau menjadi kekasih Allah. Kita bisa tinggal di Jawa, Sumatra, Kalimatan, Sulawesi, Papua, New york, Mesir, Tokyo, antartika,… tapi saudaraku…, rekamlah ini dalam fikiranmu, hatimu, nuranimu; bahwa dimanapun engkau menetap, kami ingin agar engkau menjadi kekasih Allah.

Cinta memang memerlukan pengorbanan, kami sadari itu. Kami tak mengharap imbalan, apalagi hanya pujian. Niscaya akan ada banyak rintangan di jalan, bercampur riuh rendah suara sumbang meremehkan, atau bahkan olok-olok. Walau begitu, yakinlah bahwa kami akan menempuh jalan penuh onak duri itu untuk menemui dan menyampaikannya kepadamu. Cinta ya yang dititipkan Allah kepada seluruh makhluknya.

 

Pun jika engkau menolak cinta kami wahai saudaraku, tak pernah kami kecewa. Kami akan selalu mencintaimu, secara diam ataupun terang-terangan. Karena kami yakin, bahwa hidayah Allah akan ditebarkan kepada orang-orang terpilih, tak memandang dari latar belakang, asal, ataupun kelas sosial…

 

Wahai saudaraku, betapa kami ingin memanjatkan doa dalam sujud-sujud kami, ”ya Allah, sesungguhnya Engkau maha mengetahui bahwa hati-hati ini telah berkumpul untuk mencurahkan cinta hanya kepada-Mu, bertemu untuk taat kepada-Mu, bersatu dalam rangka menyeru di jalan-Mu, dan berjanji setia untuk membela syari’atmu, maka kuatkanlah ikatan pertaliannya, ya Allah, abadikanlah kasih sayangnya, tunjukkanlah dan penuhilah dengan cahaya-Mu yang tak pernah redup, lapangkanlah dengan limpahan iman dan keindahan tawakal kepada-Mu, hidupkanlah dengan ma’rifat-Mu, dan matikanlah dalam keadaan syahid di jalan-Mu.”

 

Wahai saudaraku yang sedang membaca surat ini, terimalah sepotong cinta dari kami, pemandu AAI*. Salam untukmu, mahasiswa baru.

  

Sumber: Buletin inspiratif FORSALAMM UGM, ditulis oleh Hanief Cahya Utama-ketua PKP Asistensi Agama Islam(AAI) UGM- dengan sedikit perubahan.

 

*pemandu AAI; orang yang memandu suatu kelompok kepemanduan AAI

 

 

***

 

Sejujurnya, aku menangis saat membacanya. Entah rasa haru, entah rasa yang tak tahu harus aku sebut apa… Yang jelas, untuk kakak-kakakku, senior-senior  yang telah mengorbankan  jiwa raganya untuk menyampaikan risalah ini kepada kami, generasi penerusnya….., terimakasih, terimakasih untuk sepotong cinta….jazaakumullah khoiron katsir ya ikhwah fillah….

 

Seperti saat aku membacanya, seperti itu pula aku menangis untuk sekedar menuliskannya kembali disini. Untuk adik-adikku….,’ sepenuh cinta kami bukan hanya untuk memenuhi kewajiban dari selembar surat keputusan. Walau terkadang cinta memang perlu memaksakan, agar engkau tahu sebesar apa makna dibalik cinta itu’…  Dek, ini sepotong cinta dari kami…

 

Dan  sesungguhnya, cinta ini tak hanya untuk mahasiswa baru, namun untuk siapapun! Tak hanya di  kampus, di universitas, di perusahaan ternama ,di rumah sakit, di jalan raya, di  pelosok desa,di sudut kota, dimanapun engkau berada, di universitas sesungguhnya, universitas kehidupan…., jika aku bisa, maka akan kusampaikan kepadamu. Bahwa inilah cinta dari kami….untukmu…., saudaraku…

 


Tanggapan

  1. izin forward ya…
    Mau di masukkin di blog saya juga hehe

  2. Asslm.aku jga minta izin ya mbk risma,buat forward…
    Jzkillah..
    Tpi klo gak bleh gak apa kok,bilang, aja..
    Afwan


Tinggalkan komentar

Kategori